PSP untuk Iman...

*gambar kredit to the register

Sana sini supupu, anak buah, bapak buah semua pakai psp. tayang pulak depan Iman. Hari ni dah masuk seminggu si Iman minta PSP.

"ibu, beli psp yer?"...everyday.....every single day. Pantang teringat , tu ler yang disebut. Nak berjanji takut tak terbeli. Ayat last ,"insyaallah, cukup duit ibu dengan ayah beli yer?". sikit punya lemak merdu suara saya nak pujuk si abang ni.

*tengok muka hensem dia...ada berani nak kecikkan hati dia ker??

"ibu,ibu,ibu...i love you," eceh..pandai pulak ambil hati ibu dia. Hati saya gundah gulana ( wakakaka, ayat tak leh blah). Ikutkan hati saya pun nak juga psp. huhuhuhu kantoi. tapi PSP bukanlah satu keperluan dalam hidup saya, ianya kemahuan. Ada faham??

Tapi apa lah budak 5 tahun tahu pasal kemahuan dan keperluan? Persoalannya; perlukah saya belikan anak saya PSP? ( jangan buang masa suruh saya ganti dengan nintendo, gameboy, brickgame...tak jalan. Sebab Iman akan geleng kepala dan cakap ini bukan PSP) Iman kenal rupa PSP macamana. Dia juga tahu macamana nak guna encik google untuk cari gambar psp. Time ni rasa nak ketuk kepala sendiri pun ada.

Kat rumah kami ada, ps2 (nyawa-nyawa ikan) , ada pc khas untuk Iman main game ( hari-hari dia lanyak game kat pc ni), ada juga hp saya yang ada game kurang pandai, serta susunan kereta-kereta hotwheel yang dia akan belek sampai tertidur. But, it's not enough! Sekarang si bujang saya yang hensem tu berkenankan PSP.

Harga PSP lepas survey tak der yang dalam capaian budget. Yang murah ada lah yang belum modded tapi nak beli game ori makan 50hinggit tau. Bolehker Iman jaga PSP tu dengan baik? Apa akan jadi dengan pc dia kat bilik dia nanti? Yang paling penting dalam kotak pemikiran saya adalah, bagaimana kesan kepada diri Iman tu sendiri lepas bergelumang dengan PSP? fyi; iman ni late talker, kurang bersosial dengan budak-budak lain kecuali dgn sepupu2 dia, and last but not least.....Iman kaki game. sedangkan kat pc pun boleh layan berjam-jam main game inikan pada benda yang portable, mau main psp dalam selimut.

Saya dan husband sampai sekarang masih berkira-kira nak beli atau tidak PSP? Ikutkan hati memang saya akan beli sebab senang nak 'ugut' dia dengan psp tu nanti. tapi bila fikir guna akal, macam tak worth it jer tambah lagi iman nak masuk pre school tahun depan. takut lak dia kurang tumpuan dalam pelajaran. Besides, kami dalam proses mengumpul modal untuk buka bisnes kecil-kecilan dalam masa terdekat ni. Saya sangat lemah kalau anak saya merajuk, tapi sangat berbunga-bunga di hati kalau anak-anak saya riang ria bergumbira. ARRRGGGHHHH...tensennya. keputusan belum dibuat. tunggu kata muktamad husband dulu.

hati saya mula berbelah bagi.................

petikan dari sini

Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah bercerita: Pada suatu hari, seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW seraya berkata, "Ya Rasulullah, sungguh aku telah melakukan perbuatan maksiat. Aku memohon padamu agar berkenan memintakan ampunan kepada Allah untukku." Rasulullah kemudian bertanya, "Apakah maksiat yang telah engkau lakukan?" Laki-laki itu menjawab, "Ya Rasulullah, aku sangat merasa malu untuk mengatakannya kepadamu." Rasulullah kembali bertanya, "Mengapa engkau malu mengatakan kepadaku tentang maksiat yang engkau lakukan, sementara engkau tidak merasa malu kepada Allah ketika engkau melakukannya. Padahal Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu."

Rupanya orang itu terlalu sensitif mendengar nasehat Rasulullah dan salah menyimpulkan. Ia mengira Rasulullah menyindirnya dan tak berkenan mendoakannya. Lelaki itu lantas keluar dan pergi. Dia menangis. Hatinya diliputi perasaan sedih dan putus asa karena merasa sudah tidak memiliki tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah lagi.Tiba-tiba datang malaikat Jibril kepada Rasulullah seraya berkata, "Hai Rasulullah, mengapa engkau membuat seorang yang berdosa berputus asa? Padahal ia memiliki amal yang dapat menghapus dosa, sekalipun dosa yang dilakukannya sangat besar." Rasulullah kemudian bertanya, "Hai Jibril, seperti apakah amal yang dapat menghapus dosa?"

Jibril menjawab, "Dia memiliki anak yang masih kecil. Setiap kali ia pulang ke rumah, ia langsung menemui anaknya dan memberikan sesuatu kepadanya sehingga anaknya merasa gembira. Yang demikian itu adalah penebus dosa yang mahal harganya."